Kamis, 13 Juni 2013


ARTIKEL
 AKAL, ILMU DAN AMAL
( HIASI AKAL DENGAN  ILMU DAN  TEBARKAN  ILMU DENGAN AMAL )
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas individu :
Mata Kuliah                   :  Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu           :  Ghufron Dimyati, M.S.I





 



    

Oleh :

AMILATUN  ISTIQOMAH
2021 111 100
PAI C



JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013
 HIASI AKAL DENGAN  ILMU DAN  TEBARKAN  ILMU DENGAN AMAL
Sebelum mengetahui hubungan antara akal, ilmu dan amal terlebih dahulu mengetahui apa itu akal, ilmu dan amal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)  disebutkan bahwa akal merupakan daya pikir untuk memahami sesuatu dan ilmu ialah pengetahuan tentang suatu bidang tertentu sedangkan  amal ialah suatu perbuatan baik itu perbuatan baik maupun perbuatan buruk.
Menurut Syekh Mansyur Ali Nashif dalam bukunya Mahkota Pokok Pokok Hadtis Rasulullah SAW juz 1 bahwa ilmu terbagi menjadi dua bagian, yaitu ilmu zhahir dan ilmu batin. Ilmu zhahir ialah ilmu yang harus diketahui oleh orang mukallaf dalam bab ibadah dan muamalah, yang menjadi subjeknya ialah ilmu tafsir, ilmu hadits, dan ilmu fiqih. Sedangkan ilmu batin terbagi menjadi dua bagian yaitu ilmu muamalah dan ilmu mukasyafah. Seseorang tidak akan memperoleh martabat (kedudukan ) ilmu yang hakiki kecuali dengan mengamalkan kedua jenis ilmu tadi, yaitu ilu zhahir dan ilmu batin. Karena ilmu tanpa amal sama dengan sarana tanpa tujuan, dan amal tanpa ilmu merupakan jinayah atau tindak kriminal. Apabila seseorang mengamalkan kedua ilmu tersebut niscaya Allah SWT  akan memberikan ilmu yang belum ia ketahui, sebagaiman dalam firman Allah SWT dalam QS Al Baqarah :282
(#qà)¨?$#ur ©!$# ( ãNà6ßJÏk=yèãƒur ª!$#
“Bertakwalah kalian kepada Allah, Allah akan mengajar kalian.”
Dalam hadits juga disebutkan :
عَنْ اَنَسٍ بِنْ مَالِكٍ اَن النَبِيَ ص م قاَلَ مَنْ عَمِلَ بِمَا يَعْلَمْ ورثه الله علم مَا لَمْ يَعْلَمْ

“Dari Anas bin Malik sesungguhnya Nabi SAW bersabda: siapa yang mengamalkan apa yang ia ketahui maka Allah SWT akan memberikan ilmu sesuatu yang belum ia ketaui”. (HR.Abu Na’im al ash fihan dalam kitab Khilyatul Ashfiya’: 10/15)”
Adakalanya ilmu itu masuk kedalam hati seseorang dan adakalanya  hanya sampai pada lisan saja, ilmu yang ada di dalam hati ini merupakan ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang ada pada lisan merupakan hujjah Allah SWT yang diberikan kepada manusia.
Akal merupakan anugerah dari Allah SWT yang diberikan kepada manusia yang menjadikannya berbeda dari makhluk- makhluk Allah SWT lainnya sehingga dengan akal tersebut manusia dikenai kewajiban oleh Allah ( manath al – taklif ). Dengan demikian wajib bagi kita untuk mensyukuri nikmat tersebut. Salah satu bentuk mensyukurinya dengan menghiasi akal dengan berbagai ilmu baik ilmu pengetahuan umum maupun pengetahuan agama,  yang akan membawanya kepada kepahaman dan menjauhkannya dari kejahiliahan ( kebodohan ).
Akan tetapi, akal meskipun mempunyai urgensi yang besar dalam menangkap pengetahuan, menghasilkan pengetahuan yang baru, membedakan mana yang benar dan mana yang salah akal juga tidak dapat terjaga dari kesalahan dalam memahami dan menghasilkan sesuatu oleh karena itu akal membutuhkan teman yang dapat menuntunnya melewati jalan yang salah ini, teman inilah yang disebut wahyu ilahi atau ilmu. Karena ilmu adalah cahaya dan bisa menerangi jalan bagi pemilknya.
Disebutkan bahwa akal mempunyai derajat yang tinggi, sebagimana hadits Rasulullah SAW yaitu:
عَنْ عَائِشة قَالَتْ:﴿  قُلْتُ  يَا رَسُوْلَ اللهِ بِأَيِّ شَئٍ يَتَفَاضَلُ النَّاسُ فِى الدُّنْيَا ؟ قَالَ: بِالْعَقْلِ, قَلَتْ فَفِى اْلأَخِرَةِ ؟ قَالَ: بِالْعَقْلِ. فَقَالَتْ عَائِشَةُ: اِنَّمَا يُجْزَوْنَ بِأَعْمَالِهِمْ ؟ قَالَ وَهَلْ عَمِلُوْا اِلاَّ بِقَدْرِمَا أَعْطَاهُمْ اللهُ مِنَ الْعَقْلِ فَبِقَدْرِمَا أُعْطُوْا مِنَ الْعَقْلِ كَانَتْ أَعْمَالُهُمْ وَبِقَدْرِمَا عَمِلُوْا يُجْزَوِنَ﴾   ( رَاوَهُ الحَارث فِى الْمُسْنَد )
"Dari ‘Aisyah-ra- ia berkata : saya bertanya kepada Rasulullah, dengan apakah manusia bisa utama di dunia. Rasulullah berkata ; dengan akal. Aisyah bertanya lagi : kalau diakhirat?, Rasulullah menjawab ; dengan akal. Maka Aisyah bertanya lagi : (bukankah) manusia sesungguhnya manusia itu dibalas hanya karena amal-amalnya. Rasulullah menjawab : dan tidaklah manusia-manusia beramal kecuali dengan sekedar yang Allah SWT berikan yaitu akal. Maka dengan sekedar apa yang telah diberikan kepada mereka (akal) itulah amal-amal mereka. Dan atas sekedar apa yang mereka kerjakan , maka mereka mendapat balasan.”
Sudah jelas bahwa manusia akan menjadi utama baik di dunia maupun di akhirat yaitu dengan akalnya, tentunya manusia yang mempunyai akal yang sehat. Dan dengan akal tersebut manusia akan bisa beramal sehingga memperoleh balasan.
Hubungan antara akal, ilmu dan amal dapat digambarkan sebagai berikut:
Seseorang  memperoleh ilmu dengan akalnya, akal akan menjadi baik atau tidak sesuai ilmu yang ia perolehnya dan dengan ilmu tersebut ia dapat beramal. Akal  tanpa ilmu tidak akan berarti apa – apa karena tidak bisa memberikan manfaat baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Ibarat kita mempunyai mobil, namun mobil tersebut tidak memiliki yang semestinya dimiliki mobil pada umumnya (seperti mesin - mesin dll)  maka mustahil kita bisa menggunakan mobil tersebut. Begitupun juga ilmu tanpa amal adalah suatu kegilaan dan amal tanpa ilmu adalah suatu kesia – siaan. Orang yang mencari ilmu namun tidak berusaha mengamalkannya seperti orang mencari uang namun ia tidak mampu membelanjakannya, lalu apa gunanya ia mencari uang?.
Seorang muslim yang unggul dengan akal dan kebersihan pikirannya adalah manusia yang lurus, seimbang dan realitas, bukan manusia yang gelisah dan goncang jiwanya. Orang seperti ini akan menyingsingkan lengan baju untuk segera bersungguh – sungguh dalam beramal sholeh tanpa bersandar kepada asal keturunan, kemuliaan nenek moyang dan tempat tinggal.
Ada dua ketegori orang yang tidak mengamalkan ilmunya, yang pertama ilmu itu tidak memberikan manfaat kepada pemiliknya sehingga mau tidak mau pemiliknya tidak bisa mengamalkannya. Penyebab ilmu tidak memberikan manfaat tersebut antara lain ketika mencari ilmu dia tidak ikhlas, tidak menghormati guru, menganggap sepele terhadap ilmu, mencari ilmu hanya untuk kesombongan semata dan lain sebagainya. Adapaun yang kedua dia berilmu namun tidak mau mengamalkannya. Tidak mengamalkan ilmu merupakan salah satu penyebab hilangnya keberkahan ilmu, perbuatan yang dibenci disisi Allah SWT yang kelak akan di mintai pertanggungjawabannya, dengan mengamalkan ilmu berarti akan semakin bertambah ilmunya, “siapa yang mengamalkan apa yang ia ketahui maka Allah SWT akan memberikan ilmu sesuatu yang ia belum ketahui”.
        اَلْعِلْمُ بِلَاعَمَلٍ جُنُوْنُ  وَالْعَمَلُ بِغَيْرِعِلْمٍ لَا يَكُوْنُ
““’ILMU TANPA AMAL ADALAH SUATU KEGILAAN
DAN AMAL TANPA ILMU ADALAH SUATU KESIA-SIAAN”””

“” Celakalah orang yang berilmu yang enggan mengajarkan ilmunya kepada orang yang tidak tahu, Dan celakalah orang yang tidak tahu namun tidak mau menerima ilmu”’ ( Ibnu Taimiyan dalam Mustadrak ‘Ala majmu Al fatwa )


Pekalongan, 9 Maret 2013
Penulis,

Amilatun Istiqomah
2021111100