ARTIKEL
AKAL, ILMU DAN AMAL
( HIASI AKAL DENGAN ILMU DAN TEBARKAN
ILMU DENGAN AMAL )
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas individu :
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati, M.S.I
Oleh :
AMILATUN ISTIQOMAH
2021
111 100
PAI
C
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013
HIASI AKAL DENGAN ILMU DAN
TEBARKAN ILMU DENGAN AMAL
Sebelum mengetahui hubungan antara akal, ilmu dan amal terlebih
dahulu mengetahui apa itu akal, ilmu dan amal. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa akal
merupakan daya pikir untuk memahami sesuatu dan ilmu ialah pengetahuan tentang
suatu bidang tertentu sedangkan amal
ialah suatu perbuatan baik itu perbuatan baik maupun perbuatan buruk.
Menurut Syekh Mansyur Ali Nashif dalam bukunya Mahkota Pokok Pokok
Hadtis Rasulullah SAW juz 1 bahwa ilmu terbagi menjadi dua bagian, yaitu ilmu zhahir
dan ilmu batin. Ilmu zhahir ialah ilmu yang harus diketahui oleh orang
mukallaf dalam bab ibadah dan muamalah, yang menjadi subjeknya ialah ilmu
tafsir, ilmu hadits, dan ilmu fiqih. Sedangkan ilmu batin terbagi menjadi dua
bagian yaitu ilmu muamalah dan ilmu mukasyafah. Seseorang tidak
akan memperoleh martabat (kedudukan ) ilmu yang hakiki kecuali dengan
mengamalkan kedua jenis ilmu tadi, yaitu ilu zhahir dan ilmu batin. Karena ilmu
tanpa amal sama dengan sarana tanpa tujuan, dan amal tanpa ilmu merupakan
jinayah atau tindak kriminal. Apabila seseorang mengamalkan kedua ilmu tersebut
niscaya Allah SWT akan memberikan ilmu
yang belum ia ketahui, sebagaiman dalam firman Allah SWT dalam QS Al Baqarah
:282
(#qà)¨?$#ur ©!$# ( ãNà6ßJÏk=yèãur ª!$#
“Bertakwalah kalian kepada Allah, Allah akan mengajar kalian.”
Dalam hadits juga disebutkan :
عَنْ اَنَسٍ بِنْ مَالِكٍ اَن النَبِيَ ص م قاَلَ مَنْ عَمِلَ
بِمَا يَعْلَمْ ورثه الله علم مَا لَمْ يَعْلَمْ
“Dari Anas bin Malik sesungguhnya Nabi SAW bersabda: siapa yang
mengamalkan apa yang ia ketahui maka Allah SWT akan memberikan ilmu sesuatu
yang belum ia ketaui”. (HR.Abu Na’im al ash fihan dalam kitab Khilyatul
Ashfiya’: 10/15)”
Adakalanya ilmu
itu masuk kedalam hati seseorang dan adakalanya
hanya sampai pada lisan saja, ilmu yang ada di dalam hati ini merupakan
ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang ada pada lisan merupakan hujjah Allah SWT
yang diberikan kepada manusia.
Akal merupakan anugerah dari Allah SWT yang diberikan kepada
manusia yang menjadikannya berbeda dari makhluk- makhluk Allah SWT lainnya
sehingga dengan akal tersebut manusia dikenai kewajiban oleh Allah ( manath
al – taklif ). Dengan demikian wajib bagi kita untuk mensyukuri nikmat
tersebut. Salah satu bentuk mensyukurinya dengan menghiasi akal dengan berbagai
ilmu baik ilmu pengetahuan umum maupun pengetahuan agama, yang akan membawanya kepada kepahaman dan
menjauhkannya dari kejahiliahan ( kebodohan ).
Akan tetapi, akal meskipun mempunyai urgensi yang besar dalam
menangkap pengetahuan, menghasilkan pengetahuan yang baru, membedakan mana yang
benar dan mana yang salah akal juga tidak dapat terjaga dari kesalahan dalam
memahami dan menghasilkan sesuatu oleh karena itu akal membutuhkan teman yang
dapat menuntunnya melewati jalan yang salah ini, teman inilah yang disebut wahyu
ilahi atau ilmu. Karena ilmu adalah cahaya dan bisa menerangi jalan bagi
pemilknya.
Disebutkan bahwa akal mempunyai derajat yang tinggi, sebagimana
hadits Rasulullah SAW yaitu:
عَنْ عَائِشة قَالَتْ:﴿ قُلْتُ
يَا رَسُوْلَ اللهِ بِأَيِّ شَئٍ يَتَفَاضَلُ النَّاسُ
فِى الدُّنْيَا ؟ قَالَ: بِالْعَقْلِ, قَلَتْ فَفِى اْلأَخِرَةِ ؟ قَالَ:
بِالْعَقْلِ. فَقَالَتْ عَائِشَةُ: اِنَّمَا يُجْزَوْنَ بِأَعْمَالِهِمْ ؟ قَالَ
وَهَلْ عَمِلُوْا اِلاَّ بِقَدْرِمَا أَعْطَاهُمْ اللهُ مِنَ الْعَقْلِ
فَبِقَدْرِمَا أُعْطُوْا مِنَ الْعَقْلِ كَانَتْ أَعْمَالُهُمْ وَبِقَدْرِمَا
عَمِلُوْا يُجْزَوِنَ﴾ ( رَاوَهُ الحَارث فِى الْمُسْنَد )
"Dari
‘Aisyah-ra- ia berkata : saya bertanya kepada Rasulullah, dengan apakah manusia
bisa utama di dunia. Rasulullah berkata ; dengan akal. Aisyah bertanya lagi :
kalau diakhirat?, Rasulullah menjawab ; dengan akal. Maka Aisyah bertanya lagi
: (bukankah) manusia sesungguhnya manusia itu dibalas hanya karena
amal-amalnya. Rasulullah menjawab : dan tidaklah manusia-manusia beramal
kecuali dengan sekedar yang Allah SWT berikan yaitu akal. Maka dengan sekedar
apa yang telah diberikan kepada mereka (akal) itulah amal-amal mereka. Dan atas
sekedar apa yang mereka kerjakan , maka mereka mendapat balasan.”
Sudah jelas
bahwa manusia akan menjadi utama baik di dunia maupun di akhirat yaitu dengan
akalnya, tentunya manusia yang mempunyai akal yang sehat. Dan dengan akal
tersebut manusia akan bisa beramal sehingga memperoleh balasan.
Hubungan antara
akal, ilmu dan amal dapat digambarkan sebagai berikut:
Seseorang memperoleh ilmu dengan akalnya, akal akan
menjadi baik atau tidak sesuai ilmu yang ia perolehnya dan dengan ilmu tersebut
ia dapat beramal. Akal tanpa ilmu tidak
akan berarti apa – apa karena tidak bisa memberikan manfaat baik untuk dirinya
sendiri maupun orang lain. Ibarat kita mempunyai mobil, namun mobil tersebut
tidak memiliki yang semestinya dimiliki mobil pada umumnya (seperti mesin -
mesin dll) maka mustahil kita bisa
menggunakan mobil tersebut. Begitupun juga ilmu tanpa amal adalah suatu
kegilaan dan amal tanpa ilmu adalah suatu kesia – siaan. Orang yang mencari
ilmu namun tidak berusaha mengamalkannya seperti orang mencari uang namun ia
tidak mampu membelanjakannya, lalu apa gunanya ia mencari uang?.
Seorang muslim yang unggul dengan
akal dan kebersihan pikirannya adalah manusia yang lurus, seimbang dan
realitas, bukan manusia yang gelisah dan goncang jiwanya. Orang seperti ini
akan menyingsingkan lengan baju untuk segera bersungguh – sungguh dalam beramal
sholeh tanpa bersandar kepada asal keturunan, kemuliaan nenek moyang dan tempat
tinggal.
Ada dua ketegori orang yang tidak
mengamalkan ilmunya, yang pertama ilmu itu tidak memberikan manfaat kepada
pemiliknya sehingga mau tidak mau pemiliknya tidak bisa mengamalkannya.
Penyebab ilmu tidak memberikan manfaat tersebut antara lain ketika mencari ilmu
dia tidak ikhlas, tidak menghormati guru, menganggap sepele terhadap ilmu,
mencari ilmu hanya untuk kesombongan semata dan lain sebagainya. Adapaun yang
kedua dia berilmu namun tidak mau mengamalkannya. Tidak mengamalkan ilmu
merupakan salah satu penyebab hilangnya keberkahan ilmu, perbuatan yang dibenci
disisi Allah SWT yang kelak akan di mintai pertanggungjawabannya, dengan
mengamalkan ilmu berarti akan semakin bertambah ilmunya, “siapa yang
mengamalkan apa yang ia ketahui maka Allah SWT akan memberikan ilmu sesuatu
yang ia belum ketahui”.
اَلْعِلْمُ بِلَاعَمَلٍ جُنُوْنُ وَالْعَمَلُ
بِغَيْرِعِلْمٍ لَا يَكُوْنُ
““’ILMU
TANPA AMAL ADALAH SUATU KEGILAAN
DAN AMAL
TANPA ILMU ADALAH SUATU KESIA-SIAAN”””
“”
Celakalah orang yang berilmu yang enggan mengajarkan ilmunya kepada orang yang
tidak tahu, Dan celakalah orang yang tidak tahu namun tidak mau menerima ilmu”’
( Ibnu Taimiyan dalam Mustadrak ‘Ala majmu Al fatwa )
Pekalongan,
9 Maret 2013
Penulis,
Amilatun
Istiqomah
2021111100